Valentine's Day Bukan Hari Kasih Sayang
Assalamu`alaikum
, memasuki bulan Februari, kita menyaksikan banyak media massa, mal-mal,
pusat-pusat hiburan bersibuk-ria berlomba menarik perhatian mulai dari para
remaja yang masih bau kencur sampai dengan adult (wong dewasa) dengan menggelar
acara-acara pesta perayaan yang tak jarang berlangsung hingga larut malam
bahkan hingga dini hari. Semua pesta tersebut bermuara pada satu hal yaitu
Valentine’s Day atau biasanya disebut hari kasih sayang.
Biasanya pada 14
Februari mereka saling mengucapkan “selamat hari Valentine”, berkirim kartu dan
bunga, saling bertukar pasangan, saling curhat, menyatakan sayang atau cinta.
Sangat
disayangkan banyak AaBeGe khususnya teman-teman kita, para remaja putri
muslimah yang terkena penyakit ikut-ikutan dan mengekor budaya Barat atau
budaya ritual agama lain akibat pengaruh TV dan media massa lainnya. Termasuk
dalam hal ini perayaan Hari Valentine, yang pada dasarnya adalah mengenang
kembali pendeta St. Valentine. Belakangan, Virus Valentine tidak hanya
menyerang remaja bahkan orang tua pun turut larut dalam perayaan yang bersumber
dari budaya Barat ini.
Sejarah Valentine
Ensiklopedia
Katolik menyebutkan tiga versi tentang Valentine, tetapi versi terkenal adalah
- Kisah Pendeta St. Valentine yang hidup di akhir abad ke 3 M di zaman Raja Romawi Claudius II. Pada tanggal 14 Februari 270 M Claudius II menghukum mati St. Valentine yang telah menentang beberapa perintahnya. Claudius II melihat St. Valentine meng-ajak manusia kepada agama Nasrani lalu dia memerintahkan untuk menangkapnya.
- Dalam versi kedua , Claudius II memandang para bujangan lebih tabah dalam berperang daripada mereka yang telah menikah yang sejak semula menolak untuk pergi berperang. Maka dia mengeluarkan perintah yang melarang pernikahan. Tetapi St. Valentine menentang perintah ini dan terus mengada-kan pernikahan di gereja dengan sembunyi-sembunyi sampai akhirnya diketahui lalu dipenjarakan. Dalam penjara dia berkenalan dengan putri seorang penjaga penjara yang terserang penyakit. Ia mengobatinya hingga sembuh dan jatuh cinta kepadanya. Sebelum dihukum mati, dia mengirim sebuah kartu yang bertuliskan “Dari yang tulus cintanya, Valentine.” Hal itu terjadi setelah anak tersebut memeluk agama Nasrani bersama 46 kerabatnya.
- Versi ketiga menyebutkan ketika agama Nasrani tersebar di Eropa, di salah satu desa terdapat sebuah tradisi Romawi yang menarik perhatian para pendeta. Dalam tradisi itu para pemuda desa selalu berkumpul setiap pertengahan bulan Februari. Mereka menulis nama-nama gadis desa dan meletakkannya di dalam sebuah kotak, lalu setiap pemuda mengambil salah satu nama dari kotak tersebut, dan gadis yang namanya keluar akan menjadi kekasihnya sepanjang tahun. Ia juga mengirimkan sebuah kartu yang bertuliskan “ dengan nama tuhan Ibu, saya kirimkan kepadamu kartu ini.” Akibat sulitnya menghilangkan tradisi Romawi ini, para pendeta memutuskan mengganti kalimat “dengan nama tuhan Ibu” dengan kalimat “dengan nama Pendeta Valentine” sehingga dapat mengikat para pemuda tersebut dengan agama Nasrani.
Versi lain
mengatakan:
St.Valentine ditanya tentang Atharid, tuhan
perdagangan, kefasihan, makar dan pencurian, dan Jupiter, tuhan orang Romawi
yang terbesar. Maka dia menjawab tuhan-tuhan tersebut buatan manusia dan
bahwasanya tuhan yang sesungguhnya adalah Isa Al Masih, oleh karenanya ia
dihukum mati. Maha Tinggi Allah dari apa yang dikatakan oleh orang-orang yang
zalim tersebut.
2. Hari tersebut adalah hari perayaan agama Romawi
kuno yang meyakini 15 Februari adalah hari raya Lupercalia (dewa kesuburan), 2
hari pertama 13-14 Februari dirayakan sebagai persembahan bagi dewi cinta Juno
Februata, diakhiri dengan pengundian para pemuda untuk memilih pasangannya yang
boleh dizinahi selama setahun. Kemudian masuklah agama Nasrani yang menuntut
akulturasi budaya pada masa Gregory I dan Paus Gelasius I, hari itu
dinamakan Valentine Day karena bertepatan dengan kematian sang Santo
(Encyclopedia Britannica, The World Book Encyclopedia)
Mengadakan
pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan
pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam
pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial
mereka menjadi porak-poranda.
Bahkan saat ini
beredar kartu-kartu perayaan keagamaan ini dengan gambar anak kecil dengan dua
sayap terbang mengitari gambar hati sambil mengarahkan anak panah ke arah hati
yang sebenarnya itu merupakan lambang tuhan cinta bagi orang-orang Romawi!!!
Budaya ini
diawali pada 1415 M, Duke of Orleans yang sedang dipenjara di Tower of London
mengirim surat pada istrinya pada hari perayaan valentine, oleh seorang penyair
Inggris Geoffrey Chaucer peristiwa itu dikaitkan dengan musim kawin burung
dalam sebuah puisi.
Kasih sayang atau How pity you are
...???
Setelah paham
‘amburadul’nya si Valentine, sebagai Muslim kita harus berkaca pada identitas
kita dan syariat kita.
1. Ingat agama ini melarang kita ‘latah’,
“Dan janganlah
kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya” (Qs. Al isra’ 36).
2. Kita dilarang ikut-ikut orang kafir
karena bisa jadi kafir juga,
“Hai orang-orang
yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al
Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu
beriman” (Qs. Ali ‘Imran 100).
“Hai orang-orang
yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka
mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu
orang-orang yang rugi” (Qs. Ali ‘Imran 149).
Ibnu Jarir At
Thabari “ Dengan hal itu orang-orang beriman dilarang menaati pendapat orang
kafir dan menerima nasihat dari ajaran agama mereka (Tafsir Ath-Thabari IV/123)
Keinginan untuk
ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi
tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi
keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah,
ibadah, syiar dan kebiasaan.
Allah Subhanahu
wa Ta’ala telah berfirman:
“Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang
lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka
Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”(Qs. Al-Maidah 51).
“Kamu tak akan
mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang
dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang
itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.
meraka Itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan
menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. dan
dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa
puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. ketahuilah,
bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung” (QS. Al
mujadilah 22)
“Perempuan yang
berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah,
dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman” (Qs. An-Nur 2).
Di antara dampak
buruk menyerupai mereka adalah:
Ikut mempopulerkan
ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah As-Sunnah (tuntunan Allah dan
Rasul-Nya).
Tidak ada suatu
bid’ah pun yang dihidupkan kecuali saat itu ada suatu sunnah yang ditinggalkan.
Dampak buruk
lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka,
mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap
rekaat shalatnya membaca.
“Tunjukilah kami
jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan
nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat” (Qs Al-Fatihah 6-7).
Masih maukah kita ikuti ibadah mereka???
Bagaimana bisa
kita memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang
mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai,
namun kita sendiri malah menempuh jalan sesat itu dengan sukarela.
Bila dalam
merayakannya bermaksud untuk mengenang kembali Valentine maka tidak disangsikan
lagi bahwa ia telah kafir, adapun bila ia tidak bermaksud demikian maka ia
telah melakukan suatu kemungkaran yang besar.
Padahal Rasul
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang untuk mengikuti tata cara
peribadatan selain Islam: “Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk
dari kaum tersebut” (HR. At-Tirmidzi).
“Demi Dzat yang
jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang
ada sebelum kalian”(HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih).
Ibnul Qayyim
berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi
mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi
selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari
raya!” dan semisalnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada
kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi
selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan
tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi
selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang
mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya
perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas
perbuatan maksiat, bid’ah atau kekufuran maka ia telah menyiapkan diri untuk
mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah.”
Antara latah atau gak paham sunnah?
Abdullah bin Amr
bin Ash berkata, “Siapa yang mengikuti negara-negara ‘ajam dan melakukan
perayaan Nairuz dan Mihrajan serta menyerupai mereka sampai ia meninggal dan
dia tidak bertaubat maka dia akan dikumpulkan bersama mereka pada hari kiamat.”
Hadits yang
cukup jelas, terang, tegas dan sekaligus bantahan terhadap orang yang gak
‘ngaca’ dulu sebelum beramal alias ‘latah’
Abu Waqid
Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat
keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang
musyrik, yang disebut dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan
senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata, “Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu
Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath.” Maka Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Maha Suci Allah, ini seperti yang
diucapkan kaum Nabi Musa, ‘Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka
mempunyai tuhan-tuhan.’
Adalah wajib
bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan
wala’ dan bara’ ( loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan
kafir) yang merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para nabi dan orang-orang
terdahulu. Yaitu mencintai orang-orang mukmin dan membenci orang-orang kafir
serta menyelisihi mereka dalam ibadah dan perilaku. Serta mengetahui bahwa
sikap seperti ini di dalamnya terdapat kemaslahatan yang tidak terhingga,
sebaliknya gaya hidup yang menyerupai orang kafir justru mengandung kerusakan
yang lebih banyak.
Lain dari itu,
mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka
senang, lagi pula, menyerupai kaum kafir dapat melahirkan kecintaan dan
keterikatan hati.
Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin
Pertanyaan:
Pada akhir-akhir
ini telah tersebar dan membudaya perayaan hari Valentine -terutama di kalangan
pelajar putri, padahal ia merupakan salah satu dari sekian macam hari raya kaum
Nasrani. Biasanya pakaian yang dikenakan berwarna merah lengkap dengan sepatu,
dan mereka saling tukar mawar merah. Bagaimana hukum merayakan hari Valentine
ini, dan apa pula saran dan anjuran anda kepada kaum muslimin. Semoga Allah
selalu memelihara dan melindungi anda.
Jawab:
Merayakan hari
Valentine itu tidak boleh, karena:
Pertama, ia
merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syariat
Islam.
Kedua, ia dapat
menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat
bertentangan dengan petunjuk para pendahulu kita yang sholeh. Semoga Allah
meridhai mereka. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk
makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya.
Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang
tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan.
Ada seorang
gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari
Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada
orang-orang yang memperingatinya. Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali
lagi perayaan ini adalah dari ritual agama lain!
Hadiah yang
diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan
dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan
mengakibatkan terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka.
Alhamdulillah,
kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita
tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan
kita, seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan
ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk
ayah, saudara, suami …dst, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat
yang dirayakan oleh orang-orang kafir.
Semoga Allah
senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang
tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas
langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah
menjadikan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang saling mencintai karna
Allah dan membenci karna Allah ‘azza wa jalla.
Semoga Allah
melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun
yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya. Wallahu
a’lam bish-shawwab [Ibnu Irman]
0 komentar:
Posting Komentar